MABM Kalbar
  • Berita
  • Sastra
  • Seni
  • Kuliner
  • Tradisi
  • Kolom
  • Pustaka
MABM KalbarMABM Kalbar
Font ResizerAa
  • Berita
  • Sastra
  • Seni
  • Kuliner
  • Tradisi
  • Kolom
  • Pustaka
Search
  • Berita
  • Sastra
  • Seni
  • Kuliner
  • Tradisi
  • Kolom
  • Pustaka
Follow US
Home » Beranda » Otar-Otar, Budaya Lokal yang Hampir Punah
BerandaFSBM IXJurnalisme WargaKulinerSastraSeni

Otar-Otar, Budaya Lokal yang Hampir Punah

MABMKalbar
Last updated: August 28, 2019 6:42 am
MABMKalbar
Share
SHARE

August 28, 2019
Beranda, FSBM IX
Tinggalkan Komentar
2,087 Views

Artikel Terkait



Asal Mula Nama Teluk Keramat



Museum Kalimantan Barat; Semakin Melekat di Hati



Upacara Setelah Melahirkan, Tradisi Keraton Mempawah

Oleh Asmirizani

Otar-Otar
Gerakan Otar-Otar

MABMonline.org, Sambas —  Tak seperti biasanya, jalan di sekitar kantor Bupati Kabupaten Sambas ditutup. Puluhan stand pameran berjejer di jalan menuju kantor Bupati. Di ujung jejeran stand-stand terdapat satu pentas utama yang menghadap ke kantor bupati. Warga berdiri terhipnotis menyaksikan Otar-Otar yang diperagakan oleh Sanggar Nasedo dari Dusun Kota Lama, Sambas, Ahad (25/8).

“Cerita orang tua dahulu, otar-otar ini dimainkan oleh pengawal Raje yang bernama Bujang Bin H. Manaf. Dia menggabungkan gerakan silat, kuntau, dan tari serta diiringi musik,” ujar Maswan, seorang lelaki berprofesi guru yang menjadi pemimpin Sanggar Nasedo.

Anggota pemain otar-otar ini berjumlah lima orang. Dua orang penabuh gendang, satu orang pemukul gong, dan dua orang beradu kekuatan dengan gerakan silat sesuai irama musik yang dimainkan. Dua orang yang beradu kekuatan memukulkan rotan pada lawan dan memegang Otar-Otar sebagai penangkis.

Gerakan Otar-Otar sangat cepat dan berbahaya, jika terkena rotan pukulan dari lawan, maka kulit akan lebam dan bisa patah tulang. Faizal (12 tahun) seorang anak kecil yang mengadu gerakan otar-otar dengan lawan yang berbadan besar darinya. “Kalau kena sakit. Saya pernah terkena pukulan rotan pada kaki kanan,” ujar Faizal

Faizal berani dan mahir dalam gerakan otar-otar saat tampil di atas pentas. “Bermain otar-otar asyik, mengadu nyali dan sebagai olahraga juga,” kata Faizal yang didampingi ibunya saat istirahat usai penampilan.  Faizal memegang otar-otar dan sebilah rotan.

Otar-otar1Sabe (35 Tahun), Seorang perempuan yang merupakan ibu Faizal sangat mendukung anaknya bermain otar-otar, walau otar-otar berbahaya untuk anak kecil. ”Awal mulenye abangye yang maen. Liat abangnye maen, die ikut jua. Die pun suke. Nda’an ape, daripade maen-maen nda’an jelas,” ujar Sabe, ibu Faizal.

Otar-otar merupakan budaya yang sudah lama dan sangat sulit ditemui. Tak heran banyak yang tidak mengetahui budaya lokal ini. Namun, usaha sanggar Nasedo untuk mempertahankan dan mengenalkan budaya lokal yang hampir hilang ini terus berlanjut. Mulai tahun 2002, sanggar ini lebih diaktifkan untuk mencari dan mendidik pemain-pemain muda. Pada tahun yang sama sanggar Nasedo mewakili provinsi Kalimantan Barat masuk sepuluh besar pada festival olah raga tradisional di Jakarta.

Bagikan
  • Facebook
  • Twitter
  • Google +
  • LinkedIn



Share This Article
Facebook Copy Link Print
Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

FacebookLike
InstagramFollow
YoutubeSubscribe

Terpopuler Hari Ini

You Might Also Like

Adat Tepung Tawar Melayu, dari Kelahiran hingga Pindah Rumah

14 Min Read

Area Kebakaran Masih Digaris Polisi

3 Min Read

Melayu Jangan Berjudi

10 Min Read

Donor Darah Sambut HUT Tribun Pontianak

4 Min Read

Interaksi

Instagram Facebook-f Youtube

Kompleks Rumah Melayu, Jl. Sutan Syahrir, Pontianak, Kalimantan Barat

Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?