MABM Kalbar
  • Berita
  • Sastra
  • Seni
  • Kuliner
  • Tradisi
  • Kolom
  • Pustaka
MABM KalbarMABM Kalbar
Font ResizerAa
  • Berita
  • Sastra
  • Seni
  • Kuliner
  • Tradisi
  • Kolom
  • Pustaka
Search
  • Berita
  • Sastra
  • Seni
  • Kuliner
  • Tradisi
  • Kolom
  • Pustaka
Follow US
Home » Beranda » Pantun
Jurnalisme WargaKulinerSastraSeni

Pantun

MABMKalbar
Last updated: January 31, 2021 8:44 am
MABMKalbar
Share
SHARE

January 31, 2021
Sastra
Tinggalkan Komentar
4,465 Views

Artikel Terkait



Kopi Darat, Bincang-Bincang Menulis Fiksi

Biografi Harmi Cahyani, Penulis Muda Kalbar

Penulis Muda, Rohani Syawaliyah

Oleh Tan Erwin

Arang Melayu orang berbudaye
Asik sekali berbalas pantun
Kalau tak mau melupakan budaye
Mari kite lestarikan pantun.

merupakan salah satu jenis puisi yang tergolong dalam puisi lama. Struktur pantun dari dulu hingga sekarang masih tetap berpola ab-ab dan satu bait terdiri dari empat baris. Struktur lainnya di dalam pantun ialah adanya sampiran dan adanya isi. Sampiran dan isi tersebutlah yang selalu digaungkan oleh orang-orang yang berpantun dengan asiknya.

Keberadaan pantun yang dikatakan sebagai puisi lama kini masih dipelajari di sekolah-sekolah dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Siswa-siswa diajarkan bagaimana membuat pantun dan bagaimana menentukan sampiran dan isi. Jelasnya, siswa tentu ada yang paham dan ada yang tidak. Pertanyaannya, apakah kita sebagai masyarakat Melayu masih melestarikan pantun?

Sejarah telah mencatat bahwa pantun pada zaman dahulu ialah sebagai alat komunikasi masyarakat Melayu yang paling populer. Pengguna pantun juga sangat merata di setiap kalangan baik bagi orang tua-muda, lelaki-perempuan, dan kaya-miskin.

Masyarakat pengguna pantun melantunkan pantun dengan berbagai maksud, berpantun untuk menasehati, bersenda gurau, bertanya jawab, acara nikahan dan sebagainya. Jelasnya berpantun masyarakat Melayu bergantung komunikasi yang diinginkan. Sudah jelas pantun dapat kita golongkan sebagai salah satu budaya masyarakat Melayu.

Masyarakat Melayu yang berpantun tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Mereka harus memikirkan bagaimana menyusun kata-kata untuk membalas pantun dari lawan bicara. Mereka juga memikirkan bagaimana menentukan sampiran dan isi pantun. Di sinilah letak kekuatan masyarakat Melayu dalam berpikir, berpikir bagaimana berkomunikasi tidak salah tanggap oleh lawan bicara. Tentunya saat berbalas pantun terletak kekuatan daya ingat, kekayaan bendahara kosa kata, dan kekuatan berpikir.

Ketika kita lihat sekarang, zaman yang penuh dengan kemudahan, penulis hanya melihat masyarakat Melayu berpantun hanya di saat acara pernikahan, di saat ada perlombaan berbalas pantun. Jika memang benar apa yang penulis lihat berarti eksistensi pantun hampir ditelan zaman. Mungkin tidak ada lagi masyarakat Melayu yang berpantun baik kalangan orang tua-muda, lelaki-perempuan, dan kaya-miskin dengan alasan pantun tidak relevan dengan perkembangan zaman, dengan alasan pantun digunakan orang-orang terdahulu, dan dengan alasan bahasa pantun tidak gaul.

Ketika kita sebagai masyarakat Melayu tidak lagi berkomunikasi dengan berpantun setidaknya kita bisa melestarikan bahasa-bahasa pantun dengan bentuk dokumentasi-dokumentasi, seperti menulis pantun untuk dibukukan. Sehingga kita bisa membuat pantun tetap relevan hingga akhir zaman.

Anak mude dari Melayu
Anak itu sungguh mandiri
Kalau kite mengaku Melayu
Mari kite unjuk jati diri

Bagikan
  • Facebook
  • Twitter
  • Google +
  • LinkedIn



Share This Article
Facebook Copy Link Print
Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

FacebookLike
InstagramFollow
YoutubeSubscribe

Terpopuler Hari Ini

You Might Also Like

Pengurus DPP MABMKB Tiba di Kapuas Hulu

4 Min Read

Malam Ta’ruf, Bupati Hidangkan Ratusan Saprah

4 Min Read

Penerbang Luar Negeri Siap Ramaikan Pontianak Airshow 2014

5 Min Read

Acara Titik Kulminasi Rezki Mendadak Pedagang

4 Min Read

Interaksi

Instagram Facebook-f Youtube

Kompleks Rumah Melayu, Jl. Sutan Syahrir, Pontianak, Kalimantan Barat

Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?